Minggu, 21 Agustus 2011

Fitrah, Setan dan Kursi


Abu Hurairah berkata " Rosulullah S.A.W menugaskanku untuk menjaga Zakat Ramadhan (Zakat Fitrah). Tiba-tiba ada seorang laki-laki datang dan mengambil segenggam makanan, Orang itu kutangkap dan kukatakan kepadanya "Kamu akan kulaporkan kepada Rosulullah S.A.W.
ia berkata " Aku ini benar-benar orang miskin yang mempunyai banyak tanggungan keluarga, aku sangat membutuhkan makanan" Aku lepaskan orang itu. Pagi harinya Rosulullah S.A.W bertanya "wahai abu hurairoh apa yg diperbuat tawananmu tadi malam?? aku menjawab : "wahai rosulullah, ia mengeluh sangat membutuhkan makanan, sedangkan ia mempunyai banyak tanggungan, karena itu aku kasihan kepadanya, lalu kulepaskan. Beliau bersabda "Sungguh ia berbohong kepadamu, dan dia akan datang lagi, aku percaya ia akan datang lagi karna rosulullah S.A.W telah mengatakan itu,

Pada malam berikutnya aku benar-benar berjaga, beberapa saat kemudian orang itu datang lagi dan mengambil segenggam makanan, aku berkata "sungguh Kamu akan kulaporkan kepada Rosulullah S.A.W.
ia berkata " Aku ini benar-benar orang miskin yang mempunyai banyak tanggungan keluarga, aku sangat membutuhkan makanan" mendengarnya berkata begitu maka aku merasa tak tega lalu kulepaskan orang itu. Pagi harinya Rosulullah S.A.W bertanya "wahai abu hurairoh apa yg diperbuat tawananmu tadi malam?? aku menjawab : "wahai rosulullah, ia mengeluh sangat membutuhkan makanan, sedangkan ia mempunyai banyak tanggungan, karena itu aku kasihan kepadanya, lalu kulepaskan. Beliau bersabda "Sungguh ia berbohong kepadamu, dan dia akan kembali lagi,

Pada malam ketiga aku benar-benar berjaga, tak lama kemudian orang itu datang lagi dan mengambil segenggam makanan, aku berkata "sungguh, kali ini Kamu akan kulaporkan kepada Rosulullah S.A.W. kamu benar-benar sudah keterlaluan, ini perbuatanmu yg ketiga kalinya, kamu sudah berjanji untuk tidak akan mengulangi, tapi ternyata kamu mengulangi lagi, dia berkata "Lepaskan aku, aku akan mengajarimu beberapa kalimat yang bermanfaat bagimu, " aku bertanya " kalimat-kalimat apakah itu? dia berkata " apabila kamu hendak tidur, maka bacalah ayat kursi, pasti Allah akan selalu menjagamu dan setan tidak akan berani mendekatimu sampai waktu pagi"
lalu aku melepaskan orang itu....

Pagi harinya, Rosulullah S.A.W bertanya kepadaku " apa yg diperbuat oleh tawananmu malam tadi? aku menjawab " Wahai Rosullullah, dia mengajariku beberapa kalimat yang katanya bermanfaat, maka aku melepaskannya, beliau bertanya " kalimat-kalimat apakah itu? aku berkata " ia bilang, apabila kamu hendak tidur, maka bacalah ayat kursi dari awal hingga akhir. dia berkata maka Allah pasti akan selalu menjagamu dan setan tidak akan berani mendekatimu sampai waktu pagi " Nabi bersabda " Sesungguhnya dia berkata benar kepadamu meskipun dia pembohong" tahukah kamu siapakah yang datang kepadamu selama tiga malam itu, wahai Abu Hurairoh?? aku menjawab "tidak, Beliau bersabda, "dia adalah Setan " (H.R Bukhari)

Taken From :Riyadhus Sholihin

Rabu, 17 Agustus 2011

Warning to All


Dosa bisa berakibat :
rejeki seret dan tertunda

dakwah tertolak,
amal tak berguna

kebaikan terhambat,
nikmat menjadi laknat

ibadah tak berbuah manfaat

hidup tak berkah dan tak terasa nikmat

makanya kita harus segera tobat

sebelum ajal mendekat

dan sebelum kiamat


Alangkah indahnya....
bila yang tebal itu adalah iman

dan bila yang tipis itu adalah dosa

bila yang tajam itu adalah akal

dan yang lembut itu adalah hati

bila yang ringan itu adalah sholat

yang luas itu adalah ilmu

yang halus itu adalah suara

dan yang manis itu adalah senyum

mari tersenyum semanis-manisnya :)

Jumat, 12 Agustus 2011

Salah Faham

Hai Sahabat Bloggers, gimana kabarnya?? pada sehat kan?? Alhamdulillah Karna kasih sayang Allah dan berkat do'a dari sahabat semua saya sudah sehat dan dapat kembali berselancar di dunia maya dan dunia blog :)

Pengajar ilmu FIQH pernah membahas bahwa “Tidak ada hadits yang menyatakan bahwa berbukalah dengan yang manis”. Itu bukanlah hadits dan hanyalah sebuah isu yang beredar dan menjadi kesalahan sebagian besar umat muslim. Karena yang disunnahkan adalah kurma. Mentang-mentang kurma itu manis, kemudian menghubungkan dengan berbukalah dengan makanan yang manis. Tentu tidak bisa disamakan. Klopun diperintahkan untuk berbuka dengan yang manis, maka mungkin itu artinya berbukalah dengan 'saya', karna kebetulan saya manis *wadezigh


Dinyatakan bahwa berbuka itu dengan 3 tahap:

1. Berbuka dengan kurma setengah matang, terkenal dengan sebutan “Ruthab”. [tidak beredar di tanah air]

2. Jika 1 tidak ada, maka berbuka dengan kurma matang, terkenal dengan sebutan “Tamar”.

3. Jika 1&2 tidak ada, maka berbukalah dengan “air putih”. (bukan yang manis)

Tinjauan dari sudut pandang sains:

Penelitian di Cina telah berhasil memberikan suatu kesimpulan, bahwa dalam keadaan perut (lambung) kosong akan tidak baik jika memulai dengan hal yang manis. Kandungan di dalamnya akan merusak kesehatan secara “perlahan”. Sudah tentu kurma itu sangat berbeda dengan makanan manis yang lain. Dan kesimpulan menyatakan daripada makanan manis, jelas bahwa air putih itu jauh lebih baik bagi kesehatan untuk berbuka pertama kali. Lambung tidak kaget dan dinetralisir terlebih dahulu.

Dan memang sangat cocok dengan hadits berikut:

Salman bin Amir Ad Dhabiy Ash Shahabiy ra. berkata bahwa Nabi saw. bersabda, “Jika seorang dari kalian berbuka puasa, maka berbukalah dengan kurma. Jika tidak ada kurma, maka berbukalah dengan air, karena sesungguhnya air itu dapat membersihkan (mensucikan).” (H.R. Abu Dawud dan Tirmidzi. Dia berkata, “hadits ini hasan shahih”) Anas bin Malik berkata: “Adalah Nabi berbuka dengan ruthab (kurma muda) sebelum shalat (Maghrib), bila tidak ada ruthab maka dengan tamr (kurma yang matang), bila tidak ada maka dengan beberapa teguk air.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ad-Daruquthni, dengan sanad shahih)

Jadi intinya: "jangan mudah menerima suatu pernyataan tanpa mengetahui seluk beluk dan asal muasal perkataan itu, harus diteliti dulu sumbernya *CMIIW

Taken From : SHSN

Senin, 08 Agustus 2011

Gain Pain

Pemberitahuan!!

Saat ini yg punya blog ini sedang sakit, nggak enak badan, meriang (sakit kepala, sakit gigi, demam, flu, batuk) jadi belom bisa beredar di dunia perblog-an dulu untuk sementara :(



Mohon do'anya agar segera disembuhkan oleh Allah SWT aamiin Yaa Robbal Aalamiin...



I miss u all...
I'll be right back after I get better :')

Jumat, 05 Agustus 2011

Indah Nama-Mu

Sohibbloggers yg dirahmati Allah :)

Kalian yg muslim tentunya sudah sangat familiar dengan Asmaul husna, bahkan saya yakin diantara kalian pasti sudah ada yg hafal akan seluruh nama-nama Allah yg indah ini, dan mempergunakannya sebagai Do’a keseharian, banyak juga diantara kita yg namanya diambil dari salah satu dari nama-nama Allah yg indah ini. Kata Asma'ul Husna berasal dari bahasa arab : Asma (Nama-nama) dan Husna (yang baik)

Nah bagi yg ingin memperdalam tentang asma’ul husna atau mungkin ingin menghafalnya diluar kepala, saya beri dukungan seratus juta persen untuk niat mulia anda, karna keagungan namanya memiliki banyak keutamaan dan manfaat, kalian bisa ketahui dari sini, sini, atau dari sini


Allah SWT berfirman: “Dia telah mengajari Adam seluruh nama” (Al –Baqarah [2]: 31)

Dan milik Allah-lah nama – nama yang indah, dan mohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama – nama tersebut” (Al – A`raaf [7]: 180)

Rasulullah SAW bersabda, “Allah mempunyai 99 nama, seratus kurang satu; barang siapa memahaminya akan masuk surga.” (Shahiih Bukhaari, Shahiih Muslim).

Tentunya dalam memahaminya tidak hanya dengan ucapan saja tetapi juga dengan perbuatan dan tingkah laku kita.

Arti dari Nama-Nama Allah dalam Asma'ul Husna

Allah

ALLAH adalah al-ism al – a`zham, nama teragung, yang mencakup semua sifat Allah.

1. Ar – Rahmaan (Maha Pemurah)
2. Ar – Rahiim (Maha Penyayang)
3. Al – Malik (Maharaja)
4. Al – Qudduus (Maha Suci)
5. As – Salaam (Maha Sejahtera, Yang Memberikan Kesejahteraan)
6. Al – Mu’min (Maha Mengaruniakan Keamanan)
7. Al – Muhaymin (Maha Memelihara, Yang Maha Melindungi)
8. Al – ‘Aziiz (Maha Perkasa)
9. Al – Jabbaar (Yang Maha Berkuasa, Maha Memaksa)
10. Al – Mutakabbir (Maha Megah, Yang Mempunyai Keagungan dan Kesombongan)
11. Al – Khaaliq (Maha Pencipta)
12. Al – Baari’ (Maha Mengadakan, Yang Merencanakan Segala Sesuatu)
13. Al – Mushawwir (Maha Pembentuk)
14. Al – Ghaffaar (Maha Pengampun)
15. Al – Qahhaar (Maha Mengalahkan)
16. Al – Wahhaab (Maha Pemberi)
17. Ar – Razzaaq (Maha Pemberi Rezeki)
18. Al – Fattaah (Maha Pembuka, Yang Menghilangkan Kesulitan dan Pemberi Keputusan)
19. Al – ‘Aliim (Maha Mengetahui)
20. Al – Qaabidh (Maha Menyempitkan)
21. Al – Baasith (Maha Melapangkan)
22. Al – Khaafidh (Maha Merendahkan, Yang Menghinakan Seseorang)
23. Ar – Raafi` (Maha Meninggikan Derajat Seseorang)
24. Al – Mu`izzu (Maha Memuliakan, Yang Memberikan Kemuliaan)
25. Al – Mudzillu (Maha Menghinakan)
26. Al – Samii’ (Maha Mendengar)
27. Al – Bashiir (Maha Melihat, Yang Maha Melihat Segala Sesuatu)
28. Al – Hakam (Maha Menetapkan Segala Hukum)
29. Al – ‘Adl (Maha Adil)
30. Al – Lathiif (Maha Halus, Maha Lembut, Maha Mengasihi)
31. Al – Khabiir (Maha Mengetahui)
32. Al – Haliim (Maha Penyantun)
33. Al - ‘Azhiim (Maha Agung)
34. Al – Ghafuur (Maha Pengampun, Maha Mengampuni)
35. Asy – Syakuur (Maha Mensyukuri)
36. Al – ‘Aliiyy (Maha Tinggi)
37. Al – Kabiir (Maha Besar)
38. Al – Hafiizh (Maha Pelestari, Maha Memelihara, Maha Melindungi)
39. Al – Muqiit (Maha Pemelihara, Maha Memberi Rezeki dan Kekuatan)
40. Al – Hasiib (Maha Penghitung)
41. Al – Jaliil (Maha Agung, Maha Tinggi dan Mulia)
42. Al – Kariim (Maha Dermawan, Maha Pemurah)
43. Ar – Raqiib (Maha Mengawasi, Maha Mengamati)
44. Al – Mujiib (Maha Mengabulkan)
45. Al – Waasi` (Maha Luas)
46. Al – Hakiim (Maha Bijaksana)
47. Al – Waduud (Maha Pecinta)
48. Al – Majiid (Maha Mulia)
49. Al – Baa’its (Maha Membangkitkan)
50. Asy – Syahiid (Maha Menyaksikan)
51. Al – Haqq (Maha Benar)
52. Al – Wakiil (Maha Memelihara, Maha Mencukupi)
53. Al – Qawiyy (Maha Kuat)
54. Al – Matiin (Maha Kukuh, Maha Sempurna Kekuatannya)
55. Al – Waliyy (Maha Melindungi, Maha Menolong dan Mengendalikan)
56. Al – Hamiid (Maha Terpuji)
57. Al – Muhshiy (Maha Pencatat, Maha Memperhitungkan Setiap Amalan)
58. Al – Mubdi’u (Maha Memulai Segala Sesuatu)
59. Al – Mu`iid (Maha Mengulangi Kejadian)
60. Al – Muhyii (Maha Memberi Kehidupan)
61. Al – Mumiit (Maha Mematikan Makhluk-Nya)
62. Al – Hayy (Maha Hidup)
63. Al – Qayyuum (Maha Mandiri)
64. Al – Waajid (Maha Kaya)
65. Al – Maajid (Maha Mulia, Maha Agung dan Tinggi)
66. Al – Waahid (Maha Esa)
67. Al – Ahad (Maha Satu)
68. Ash – Shamad (Maha Dibutuhkan)
69. Al – Qaadir (Maha Kuasa)
70. Al – Muqtadir (Maha Menentukan)
71. Al – Muqaddim (Maha Mendahulukan)
72. Al – Mu’akhkhir ( Maha Mengakhirkan)
73. Al – Awwal (Maha Awal, Yang Tidak Berpermulaan)
74. Al – Aakhir (Maha Akhir)
75. Azh – Zhaahir (Maha Nyata)
76. Al – Baathin (Maha Tersembunyi)
77. Al – Waaliy (Maha Memerintah, Yang Menguasai Segala Urusan)
78. Al – Muta`aaliy (Maha Tinggi)
79. Al – Barr (Maha Baik, Maha Kebajikan)
80. At – Tawwaab (Maha Penerima Taubat)
81. Al – Muntaqim (Maha Pembalas)
82. Al - `Afuww (Maha Pemaaf, Maha Mengampuni)
83. Ar – Ra’uuf (Maha Pengasih)
84. Maalikul – Mulk (Maha Menguasai Kerajaan)
85. Dzul – Jalaali Wal – Ikraam (Maha Memiliki Kebesaran dan Kemulian)
86. Al – Muqsith (Maha Mengadili)
87. Al – Jaami` (Maha Mengumpulkan)
88. Al – Ghaniiyy (Maha Kaya)
89. Al – Mughniiy (Maha Pemberi Kekayaan)
90. Al – Maani` (Maha Mencegah, Maha Menolak)
91. Al – Dhaarr (Maha Pemberi Bahaya)
92. An – Naafi` (Maha Pemberi Manfaat)
93. An – Nuur ( Maha Bercahaya)
94. Al – Haadii (Maha Pemberi Petunjuk)
95. Al – Badii` (Maha Pencipta Yang Baru)
96. Al – Baaqiiy (Maha Kekal)
97. Al – Waarist (Maha Mewarisi)
98. Ar – Rasyiid (Maha Pandai)
99. Ash – Shabuur (Maha Penyabar)

Rabu, 03 Agustus 2011

:( = :) :'( = :D


Dari Abu Sa`id dan Abu Hurairah ra. Rosulullah Bersabda : "Seorang muslim yang tertimpa kecelakaan, kemelaratan, kegundahan, kesedihan, kesakitan maupun kedukacitaan, bahkan sampai yang tertusuk duri pun niscaya Allah akan menebus dosanya dengan apa yang menimpanya itu " (Muttafaq'alaih)

Sohibbloggers yg berbahagia, jadi kalo kita ditimpa musibah, kecil ataupun besar, ringan ataupun berat, maka bersabarlah, ikhlaslah!! karena sesungguhnya itu adalah cara Allah menghapus dosa-dosa kita.



Do'a untuk Orang Sakit

Allahumma Rabbannaasi adzhibil ba'sa asyfi Antasysyaafii laa syifaa'a illaa syifaa'uka syifaa'an laa yughaadiru saqaman. Imsahil ba'sa rabban naasi biyadikasy syifaa'u, laa aasyifa lahu illaa anta, as'alullaahal 'azhiima, rabbal ' arsyil 'azhiimi an-yasfiyaka.


Artinya :

Ya Allah Tuhan segala manusia, jauhkanlah kesukaran/penyakit itu dan sembuhkanlah ia, Engkaulah yang menyembuhkan,tak ada obat selain obat-Mu, obat yang tidak meninggalkan sakit lagi. Hilangkan lah penyakit itu, wahai Tuhan pengurus manusia. Hanya padaMulah obat itu. Tak ada yang dapat menghilangkan penyakit selain Engkau, aku mohon kepada Allah yang Maha Agung, Tuhannya 'arasy yang agung, semoga Dia menyembuhkan anda.

(HR. Bukhari dan Muslim)


Selasa, 02 Agustus 2011

Hari Geneee Masih Pisah Ranjang? Gak gak gak gak Kuat

Hampir setiap perkawinan tidak pernah luput dari masalah. saat ini, pisah ranjang atau berpisah sementara dengan pasangan (tentunya yg sudah menikah), menjadi solusi populer untuk memecahkan persoalan dalam rumah tangga. Ironisnya, cara ini membuat jalan menuju perceraian menjadi terbuka lebar.

Banyak pasangan selebritis yang mengaku sedang pisah ranjang dengan suaminya. Dari argumentasi mereka, solusi pisah ranjang yang mereka ambil adalah sebagai proses penenangan diri masing-masing pihak.

Mereka juga sepakat bahwa cara ini akan menghindari perceraian.
Pada kenyataannya banyak selebritis lain yang justru resmi bercerai setelah pisah ranjang. Mengingat tujuan dan hasil akhirnya yang bertolak belakang, solusi untuk pisah ranjang diibaratkan bagai pisau bermata dua, yaitu bisa berdampak positif maupun negatif.

Tumpukan Persoalan
Dari Ilustrasi diatas, dapat kita lihat bahwa berpisah sementara bagi pasangan suami istri yang tengah berkonflik dan sudah berlarut-larut merupakan langkah yang dapat diambil dengan dalih menenangkan diri. Menurut Arie Ratna, Psi, berpisah sementara atau yg lebih dikenal dengan pisah ranjang yang dilakukan suami istri, disebabkan permasalahan-permasalahan yang sudah terakumulasi yang akhirnya membesar dan meraembet ke berbagai persoalan.

Biasanya persoalan-persoalan yang melatarbelakangi pasangan suami istri dikarenakan tidak adanya komonikasi yang efektif diantara keduanya. Selain itu pasangan yang memutuskan pisah ranjang juga bisa dikarenakan masalah sosial ekonomi, misalkan sang suami yang pendapatannya kurang untuk menghidupi keluarga, mengenai cara mendidik anak, gaya mengelola keuangan, seks, semua juga harus diutarakan, "jelas Arie.

Selain itu pisah ranjang juga dapat dilihat dari sisi psikologis, yaitu ada tidaknya kematangan dari kedua belah pihak dalam merespon suatu masalah secara psikologis. ketidak-siapan kedua belah pihak terhadap satu masalah akan menyebabkan suatu pertengkaran yang hebat.

Sebelum memutuskan berpisah sementara, anda harus yakin bahwa keputusan yang diambil berdasarkan emosi semata. 'Bila memutuskan suatu masalah dalam rumah dalam keadaan emosi, biasanya yang didapat bukan "pemecahan" yang baik, melainkan "perpecahan " jelas Arie.

Menurut Arie, pasangan yang melakukan pisah ranjang bila dilihat secara gaaris besar dikarenakan faktor sosial ekonomi, fisiologis, dan psikologis. Semua faktor measalha tersebut saing terkait satu sama lain.

Pasangan yang melakukan pisah ranjang bisa jadi awalnya tidak terlihat, orang sekitarnya tidak mengetahui secara langsung dikarenakan tidak masuk ke dalam keluarganya. Bila ditarik ke belakang, ternyata pisah ranjang diakibatkan persoalan-persoalan yang sudah lama menumpuk dengan berbagai macam masalah. biasanya pisah ranjang bukan karena persoalan yang terjadi saat mengambil keputusan saat itu, persoalan saat itu hanya sebagai pemicu saja.

Masa Tenang
Pada saat suami istri sedang berselisih, ada baiknya tunggu sampai tenang. Biasanya saat masa menenangkan diri atau cooling down tidak mempunyai batas waktu yang pasti, semuanya tergantung pada kesepaktan kedua belah pihak.

Setiap perkawinan selalu mempunyai bahasa cintanya masing-masing. Bahasa cinta dalam arti, kapan enak diajak ngobrol dan sudah mempunyai waktu khusus untuk membahas apa yang manjadi akar pemasalahan. "Terkadang susahnya membahas satu masalah yang diselisihkan adalah pada saat pasangan yang cemburu karna adanya orang lain atau orang ketiga, karena mereka akan membutuhkan komitmen baru" jelas Arie.

Dalam kondisi pisah ranjang, ada baiknya mempunyai mediator yang bisa menjembatani. Hal itu akan lebih bagus sebab keduanya dalam kondisi gengsi. Padahal sebenarnya si A tetap mencari tahu kondis si B, begitu juga sebaliknya. Diakui atau tidak, akan selalu begitu karna ada kedekatan emosianal. Bila kesombongan-kesombongan seperti itu dibiarkan dan tidak ada yang menjembatani, maka akan semakin parah dan membentuk pandangan-pandangan yang buruk hingga kondisi menjadi semakin tidak baik.

Jangan Libatkan Si Kecil
Pisah ranjang biasanya dilakukan secara spontan. Bagi pasangan yang mempunyai anak, sebaiknya jangan libatkan si kecil dalam perjanjian tersebut, karna mereka adalah pihak yang dirugikan dalam hal itu. Apalagi bila anak masih usia balita. karena itu, sebelum memutuskan berpisah sementara, sebaiknya dibuat kesepakatan anak ikut siapa. Untuk anak yang sudah remaja, dia akan cenderung melihat konsep perkawinan seperti apa, Setiap anak mempunyai idola, baik ayah maupun ibunya.

Tak Harus Berpisah
Percayalah, kalau anda berdua masih saling mencintai, masalah apapun dapat dipecahkan tanpa harus berpisah, meskipun itu hanya sementara ;)

Tips Hubungan Suami Istri :
  • Menjalin komunikasi secara efektif dengan pasangan
  • Secara konsisten harus disiplin mengembangkan pola kebersamaan
  • Jangan pernah melupakan waktu spesial berdua
  • Jangan abaikan relasi berdua
#Diketik oleh tangan saya yg bersumber dari : Majalah Kesehatan Keluarga "Dokter Kita" edisi 6-thn IV-Juni 1009

*Semoga bermanfaat :)

Senin, 01 Agustus 2011

Tarawihnya Berapa Rokaat??


Assalamualaikum Wr. Wb
Bismillahirrohmaanirrohiim
(jgn dibilang tumben yaa?? :)

Hai Sahabat Bloggers, ketemu lagi sama aku makhluk tuhan paling bawel :D

postingan kali ini aku mau bahas masalah perbedaan jumlah dalam sholat tarawih
mau tau gak kenapa jumlah roka'atnya bisa berbeda-beda?? mau tauu??

Beli ikan buat masak-masak
mari silahkan disimak :)

Kata tarawih adalah bentuk jamak dari kata tarwih, yang berasal dari kata raha yang artinya “mengambil istirahat“. Shalat ini disebut shalat tarawih, karena orang yang menjalankan shalat ini mengambil istirahat sejenak setelah selesai salat sunnah ba’da isya dua rakaat.

Sebenarnya shalat tarawih yang dilakukan di bulan Ramadhan merupakan shalat tahajjud yang dilaksanakan pada bulan-bulan biasa. Dengan kata lain, shalat tahajjud yang dilaksanakan dalam bulan Ramadhan itulah yang akhirnya menjelma menjadi shalat tarawih sekarang ini.

Rasulullah saw menganjurkan kepada kita untuk menghidupkan malam Ramadhan dengan memperbanyak Shalat. Abu Hurairah r.a. menceritakan bahwa Nabi saw. Sangat menganjurkan Qiyamul Lail di Bulan Ramadhan dengan tidak mewajibkannya. Kemudian Nabi saw. Bersabda, “Siapa yang mendirikan shalat di malam Ramadhan dengan penuh keimanan dan harapan, maka ia diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.” (muttafaq alaih)

Dan fakta sejarah memberi bukti, sejak zaman Rasulullah saw. hingga kini, umat Islam secara turun temurun mengamalkan anjuran Rasulullah ini. Alhamdulillah. Tapi sayang, dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan di beberapa hal yang kadang mengganggu ikatan ukhuwah di kalangan umat. Seharusnya itu tak boleh terjadi jika umat tahu sejarah disyariatkannya shalat tarawih.

Pada awalnya shalat tarawih dilaksanakan Nabi saw. dengan sebagian sahabat secara berjamaah di Masjid Nabawi. Namun setelah berjalan tiga malam, Nabi membiarkan para sahabat melakukan Shalat Tarawih secara sendiri-sendiri. Hingga dikemudian hari, ketika menjadi Khalifah, Umar bin Khattab menyaksikan adanya fenomena shalat tarawih terpencar-pencar di dalam Masjid Nabawi. Terbersit di benak Umar untuk menyatukannya.Umar memerintahkan Ubay bin Kaab untuk memimpin para sahabat melaksanakan shalat tarawih secara berjamaah. ‘Aisyah menceritakan kisah ini seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Untuk selengkapnya silahkan lihat Al-Lu’lu War Marjan: 436. berdasarkan riwayat itulah kemudian para ulama sepakat menetapkan bahwa shalat tarawih secara berjamaah adalah sunnah.

Bahkan, para wanita pun dibolehkan ikut berjamaah di masjid, padahal biasanya mereka dianjurkan untuk melaksanakan shalat wajib di rumah masing-masing. Tentu saja ada syarat: harus memperhatikan etika ketika di luar rumah. Yang pasti, jika tidak ke masjid ia tidak berkesempatan atau tidak melaksanakan shalat tarawih berjamaah, maka kepergiannya ke masjid tentu akan memperoleh kebaikan yang banyak.

Jumlah Rakaat Shalat Tarawih

Berapa rakaat shalat tarawih para sahabat yang diimami oleh Ubay bin Kaab? Hadits tentang kisah itu yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari tidak menjelaskan hal ini.

Begitu juga hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah. Hanya menyebut Rasulullah saw. shalat tarawih berjamaah bersama para sahabat selama tiga malam. Berapa rakaatnya, tidak dijelaskan. Hanya ditegaskan bahwa tidak ada perbedaan jumlah rakaat shalat malam yang dilakukan Rasulullah di bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan. Jadi, hadits ini konteksnya lebih kepada shalat malam secara umum. Maka tak heran jika para ulama menjadikan hadits ini sebagai dalil untuk shalat malam secara umum.

Misalnya, Iman Bukhari memasukkan hadits ini ke dalam Bab Shalat Tahajjud. Iman Malik di Bab Shalat Witir Nabi saw. (Lihat Fathul Bari 4/250 dan Muwattha’ 141).

Inilah yang kemudian memunculkan perbedaan jumlah rakaat. Ada yang menyebut 11, 13, 21, 23, 36, bahkan 39. Ada yang berpegang pada hadits ‘Aisyah dalam Fathul Bari,

“Nabi tidak pernah melakukan shalat malam lebih dari 11 rakaat baik di bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan.”

Sebagian berpegang pada riwayat bahwa Umar bin Khattab (seperti yang tertera di Muwattha’ Imam Malik) menyuruh Ubay bin Kaab dan Tamim Ad-Dari untuk melaksanakan shalat tarawih 11 rakaat dengan rakaat-rakaat yang panjang. Namun dalam riwayat Yazid bin Ar-Rumman dikabarkan jumlah rakaat shalat tarawih yang dilaksanakan di zaman Umar adalah 23 rakaat.

Dalam kitab Fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq, Imam At-Tirmidzi menyatakan bahwa Sayyidina Umar.ra, Sayyidina Ali.ra, dan sahabat lainnya melaksanakan shalat tarawih 20 rakaat selain witir.

Pendapat ini didukung Imam At-Tsauri, Imam Ibnu Mubarak, dan Imam Asy-Syafi’i.

Di Fathul Bari ditulis bahwa di masa Umar bin Abdul Aziz, kaum muslimin shalat tarawih hingga 36 rakaat ditambah witir 3 rakaat. Imam Malik berkata bahwa hal itu telah lama dilaksanakan.

Masih di Fathul Bari, Imam Syafi’i dalam riwayat Az-Za’farani mengatakan bahwa ia sempat menyaksikan umat Islam melaksanakan shalat tarawih di Madinah dengan 39 rakaat dan di Makkah 33 rakaat. Menurut Imam Syafi’i, jumlah rakaat shalat tarawih memang memiliki kelonggaran.

Dari keterangan di atas, jelas akar persoalan shalat tarawih bukan pada jumlah rakaat. Tapi, pada kualitas rakaat yang akan dikerjakan. Ibnu Hajar berkata, “Perbedaan yang terjadi dalam jumlah rakaat tarawih mucul dikarenakan panjang dan pendeknya rakaat yang didirikan. Jika dalam mendirikannya dengan rakaat-rakaat yang panjang, maka berakibat pada sedikitnya jumlah rakaat; dan demikian sebaliknya.”

Imam Syafi’i berkata, “Jika shalatnya panjang dan jumlah rakaatnya sedikit itu baik menurutku. Dan jika shalatnya pendek, jumlah rakaatnya banyak itu juga baik menurutku, sekalipun aku lebih senang pada yang pertama.” Selanjutnya beliau mengatakan bahwa orang yang menjalankan tarawih 8 rakaat dengan 3 witir dia telah mencontoh Rasulullah, sedangkan yang menjalankan tarawih 23 rakaat mereka telah mencontoh Sayyidina Umar.ra, generasi sahabat dan Tabi’in. Bahkan, menurut Imam Malik, hal itu telah berjala lebih dari ratusan tahun.

Menurut Imam Ahmad, tidak ada pembatasan yang signifikan dalam jumlah rakaat tarawih, melainkan tergantung panjang dan pendeknya rakaat yang didirikan. Imam Az-Zarqani mengkutip pendapat Ibnu Hibban bahwa tarawih pada mulanya 11 rakaat dengan rakaat yang sangat panjang, kemudian bergeser menjadi 20 rakaat tanpa witir setelah melihat adanya fenomena keberatan umat dalam melaksanakannya. Bahkan kemudian dengan alasan yang sama bergeser menjadi 36 rakaat tanpa witir (lihat Hasyiyah Fiqh Sunnah: 1/195)

Jadi sahabat bloggers, rasanya tidak perlu kita ribut hanya karna jumlah rokaat solat tarawih yg berbeda, padahal dua-duanya tetap sah untuk dilakukan, dan kalo menurut saya bukan masalah berapa jumlah rokaatnya, tapi yg terpenting adalah kualitas sholatnya, dan saya pribadi dan keluarga saya memilih melakukan sholat tarawih dengan jumlah 8 Rokaat kemudian dilanjutkan dengan witir sebanyak 3 rokaat, jadi totalnya 11 Roka’at dengan merujuk kepada hadist ini:

“Nabi tidak pernah melakukan shalat malam lebih dari 11 rakaat baik di bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan.”

Dan bagi yang memilih melakukan sholat tarawih plus witir sebanyak 23 Rokaat pun silahkan saja dengan merujuk pada keterangan yg menyatakan bahwa Khalifah Umar bin Khatab pernah melakukan shalat tarawih plus witir sebanyak 23 Rokaat dan tidak ada yang menentang ataupun melarangnya, Asal dengan catatan, lakukanlah sholat tarawih sebaik dan sekhusyu mungkin.

Tapi ironisnya kebanyakan dari kita malah memilih sholat yg 23 rokaat asalkan sholatnya cepet, yang akhirnya mencari Masjid yg sholat tarawihnya terkenal ekspress dan paling cepat selesai.weleh weleh, hal yg kayak gini nih yg udah jadi tradisi yg salah,

Klo aku sih mikirnya gini “buat apa solat tarawih sebanyak 23 rokaat tapi dilakukannya dgn terburu-buru, baca suratnya ekspress karna pengen cepet selesai dan berlomba dengan masjid-masjid lainnya, yang akhirnya malah membuat kita ngga konsent n ngga khusyu serta ngga tenang, yg ada malah ngos-ngosan n capek, solat kok kayak dikejar-kejar setan?? ampe ngga napas gitu, wedewww.... jadi aku lebih milih sholat 11 rokaat tapi bisa khusyu dan damai, tidak terlalu lama dan tidak juga terlalu cepat, yaa sedang-sedang saja lah…atau kalopun mau silahkan solat 23 rokaat tapi dengan bacaan yg benar dan khusyu, tp kan kenyataannya jarang sekali yg seperti itu, fenomena lucu dimasyarakat kita ini kan sholat tarawih dijadikan ajang balapan, bahkan yg lebih parah lagi, ada yg cuman menjadikan sholat tarawih itu main-main, ada juga yg pergi sholat tarawih untuk cuci mata nyari yg bening-bening atau bagi para Ababil tuh biasanya tarawihnya buat janjian sama gebetannya, tarawih bawa hape n sambil sms-an disela-sela sholat :hammer

Ada juga yg sholat tarawihnya berjamaah di Masjid tapi sholat Isya yg hukumnya wajib malah ngga dilaksanakan atau dilaksanakan tapi ngga berjamaah di Masjid, yg kayak gini kan namanya Salah Kaprah, males dengerin kultum yg disampaikan Ustadz, bercanda-canda dan membuat kegaduhan, dan masih banyak lagi fenomena turun temurun yg sudah menjadi kebiasaan buruk di tengah masyarakat kita.

Buat sahabat Bloggers , yuk kita tekadkan bulat kita ups maksudnya kita bulatkan tekad kita untuk menjadikan Ramadhan ini sebagai kesempatan tuk meningkatkan kadar Keimanan dan Ketaqwaan kita serta meningkatkan kualitas Ibadah kita, mengikhlaskan segala bentuk ibadah kita semata hanya karna Allah SWT demi mendapat RidhoNya.

Jadi kesimpulannya adalah : Yang sholat 11 rokaat atau 23 rokaat, dua-duanya sah dan boleh dgn ketentuan tersebut diatas,

hmm trus yang salah siapa dong?? yg salah tuh yg ga solat lah :P

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...