Jumat, 07 Februari 2014

Filosofi Berkendara Episode 2

kelanjutan yang pertama......

Terkadang maju atau mundur sama-sama “dilema”

Berkendara itu harus pandai membaca rambu-rambu lalu lintas, pengendara yang baik adalah yang  pandai membaca rambu dan memahami petunjuk jalan/arah, demikianlah hidup.

Jika kita berusaha melanggar peraturan, maka sesuatu yang buruk mungkin bisa terjadi pada kita, demikianlah jika kita melanggar aturan-aturan kehidupan,

Bertoleransi pada pengendara untuk berbagi jalan, toleransilah dalam hidup dan saling berbagi,

Dalam berkendara, jika kita yakin dan berani, maka orang lain akan takut dan segan, mereka akan mempersilahkan dan memberi jalan, tapi jika kita ragu-ragu dan takut, maka orang lainlah yang akan yakin dan akan mengambil jalan (menyerobot) maju, maka yang lain akan menyingkir.

Tidak semua pengendara mempunyai tujuan/arah yang sama, pastinya berbeda-beda walaupun sempat melewati jalan yang sama, aspal yang sama, itulah hidup.

Tidak mengikuti tuntunan petunjuk jalan, maka akan tersesat. Begitulah hidup, tidak mengikuti buku panduan hidup/petunjuk, maka akan nyasar/tersesat

Meski sempat /terlanjur tersesat, namun kita tetap punya kesempatan untuk kembali, dan menempuh jalan yang benar untuk tiba ditujuan. Demikianlah hidup ini kawan!!

Jalanan aspal tidak selalu mulus dan bagus, seringnya kita temukan jalan yang rusak, terjal berbatu, berlubang dan berkubang, tak ubahnya kehidupan kita,

Terkadang kita mengaggap kitalah yang terhebat, kita yang tercepat, sampai tiba-tiba seseorang yang jauh lebih cepat melesat dan mendahului kita dan meninggalkan kita yang terhenyak diam dalam segala kesombongan yang tercabik-cabik,

Terkadang ada yang menumpang pada kendaraan kita, bersama-sama kita tapi sebenarnya tujuan akhir kita berbeda,

Banyak anggapan bahwa berkendara adalah keahlian mayoritas laki-laki, padahal betapa banyak wanita yang kemampuan berkendaranya lebih jago dari kaum lelaki yang katanya “macho”

Cukuplah pengalaman kecelakaan yang terjadi pada orang lain menjadikan kita berhati-hati agar hal serupa tidak pernah terjadi pada kita,

Jika tujuan memakai helm hanya karna takut ditilang polisi, maka bisa jadi kamu selamat dari polisi, tapi tidak selamat dari hal lain,

Terkadang para pengendara itu begitu membenci para polisi, entah polisi bangun ataupun polisi tidur, padahal sering tidak disadari kalau sebenarnya mereka begitu berjasa bagi keselamatan hidup kita,

Kendaraan kita, rusak disatu bagian, kita bawa ke bengkel, diperbaiki, kemudian besoknya rusak dibagian lain, kita benahi, tak lama kemudian pada tempat yang lain terjadi kerusakan yang tentunya kesemuanya itu menelan biaya yang tidak sedikit. Demikianlah, dalam berbenah, tidak cukup hanya sekali dan pada satu bagian saja, tapi keseluruhan hidup kita yang memang memerlukan perbaikan maka perlu kita perbaharui,  dan semua itu adalah proses hidup yang tidak instan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...