Pada kendaraan, kaca bagian depan selalu lebih besar dari kaca
spion. Karna kita harus lebih fokus menatap ke depan daripada menengok
ke belakang, sesekali memang butuh untuk melihat ke belakang, agar kita berkaca
pada sejarah hidup dimasa lalu, supaya kedepannya kita bisa lebih mawas diri dan
berhati-hati, namun perhatian terbesar kita tetap harus kearah depan.
Hidup ini seperti roda kendaraan, kadang berputar ke atas, namun
sejurus kemudian berpindah ke bawah. Kadang gemilang dengan kesuksesan, namun
kemudian tenggelam kelam dalam keterpurukan.
Seperti motor/mobil, kadang
begitu cepat bergerak melesat, namun terkadang begitu lambat berjalan, layaknya
waktu, kadang terasa begitu cepat berlalu, namun kadang begitu lambat ditunggu.
Tentunya kita tidak suka
jika kendaraan yang melaju didepan kita bergerak begitu lamban, rasanya tidak sabar untuk kita maendahului, terlebih lagi
jika kita sedang terburu-buru dan cepat-cepat untuk bisa segera tiba ditujuan,
maka demikianlah hidup, tentunya kita tidak suka melihat orang yang
lamban/lelet, apalagi kalau kelambanan itu menghalangi kita untu bisa cepat
sampai pada tujuan hidup kita.
Dalam berkendara, jika kita tidak cepat dalam mengambil
keputusan, maka hal itu akan berdampak bagi orang lain, kalau kita lama
tertegun dalam kebimbangan, antara hendak belok ke kiri atau ke kanan, atau
akan terus lurus kedepan, diam dalam kebingungan dan tidak segera mengambil
keputusan, maka para pengendara dibelakang atau didepan kita akan ikut bingung
antara harus terus maju atau menunggu kita melakukan tindakan, orang melihat
kita ragu dan melambatkan kendaraan, namun tidak menyalakan lampu sen yang
menunjukan akan kemana kita. Seperti itulah hidup, cepat atau lambat keputusan yang kita
ambil, akan mempengaruhi orang lain dalam mengambil keputusan.
Layaknya berkendara, berkomunikasi tanpa suara adalah hal yang
sangat biasa. Tanpa kata kita harus bisa saling memahami maksud orang lain,
dapat membaca arah dan pandai memperhitungkan.
Dalam berkendara, terkadang kita begitu menggebu-gebu ingin jadi
yang tercepat, adrenalin kita tertantang untuk jadi yang terdepan dan tak
terkalahkan. Maka seperti itu pula hidup ini. Terkadang manusia begitu
berambisi untuk jadi yang terbaik dan terhebat, sehingga tak membiarkan orang
lain mendahului kita.
Dalam berkendara, kita harus mempunyai tujuan, demikianlah hidup, Hendak kemana dan hendak
apakah tujuan akhir hidup kita?
Terkadang hal-hal yang tidak terduga terjadi dalam hidup, misalnya,
saat ditengah perjalanan, tiba-tiba turun hujan dan kita harus berhenti dulu
beberapa saat untuk mengenakan jas hujan,
kemudian melanjutkan kembali perjalanan, atau kita memutuskan untuk berhenti
dulu saja dan menunggu sampai hujan reda baru kemudian melanjutkan perjalanan.
Seperti berkendara, jika kita kurang teliti, kurang persiapan
matang, maka kita akan menemui kesulitan, misalnya : ketika bahan bakar
kendaraan kita hampir habis namun kita tidak segera mengisi ulang, dan kemudian
ditengah jalan kita kehabisan bahan bakar, sedangkan tempat penjualan bahan
bakar eceran atau pom SPBU masih sangat jauh dari tempat perhentian kita, maka
kita akan repot/ribet sendiri. Begitupun hidup, jika tanpa persiapan, maka kita
akan kelabakan ketika dihadapkan pada kejadian-kejadian yang tak terduga.
Setiap pengendara, pasti mempunyai satu karakter yang melekat
yang menjadi cirikhas dia dalam berkendara. Begitupun hidup, setiap orang pasti
menggunakan caranya sendiri dalam menjalani kehidupannya.
Berkendara itu harus berhati-hati dan butuh kesadaran penuh agar
terhindar dari hal-hal yang tidak diharapkan, maka demikianlah hidup, jika
tidak berhati-hati menjalani hidup, maka akan sulit menghindari diri dari
hal-hal yang membahayakan.
Lebih baik cepat/ngebut tapi yakin, daripada lambat/pelan tapi
penuh keraguan, kita memang harus selalu berhati-hati, namun terkadang terlalu
berhati-hati pun tidak baik.
Boleh saja melesat secepat kilat, asalkan tetap tau kapan harus
berhenti, jangan sampai membahayakan diri sendiri ataupun orang lain.
Perjalananan yang kita tempuh selama berkendara terkadang penuh
liku, terjal dan berkelok tajam, tak selamanya lurus dan mulus. Maka seperti
itulah kehidupan.
Begitu banyak arah yang bisa kita tempuh dalam berkendara, tapi
tetap saja, belok itu hanya ada dua, ke kanan atau ke kiri. Begitu banyak arah
hidup yang bisa kita tempuh, tapi tetap saja pilihannya hanya dua, kebaikan
atau keburukan. Dan kita, tetap harus memilih.
Kendaraan dirancang untuk berjalan maju kedepan, bukan untuk
mundur kebelakang. Bukan pula untuk diam saja ditengah jalan. Maka demikianlah hidup, kita hidup untuk
terus maju, bukan surut dan mundur kebelakang, juga bukan untuk jalan ditempat
tanpa ada perubahan.
Meskipun demikian, terkadang ada suatu masa, dimana mundur
kebelakang adalah jalan yang bisa menyelamatkan kita dari kebinasaan.
Orang yang dari awalnya tidak bisa berkendara, namun karna ada
keinginan dan tekad yang kuat, semangat yang besar untuk bisa, mau belajar dan
terus berlatih, maka pada akhirnya mampu mengendalikan kendaraan dengan baik.
Memperbanyak pengalaman dan jam terbang dalam berkendara akan membuat nyali
kita semakin besar dan mengikis rasa ragu.
Hidup kita pun seperti itu, ketika kita mempunyai impian, maka
dibutuhkan semangat dan kemauan yang besar dalam membuat mimpi itu terwujud.
Jangan pernah berhenti mencoba, meski gagal, cobalah lagi dan
lagi. Jangan menyerah, temukan apa yang menjadi penyebab kegagalan, lalu
carilah solusinya, tak ubahnya mencoba menghidupkan kendaraan kita, terkadang
langkahnya sudah benar, kita menekan tombol start disebelah kanan, namun tak
ada respon apapun dari kendaraan tersebut, lalu kita coba tekan sekali lagi
tombolnya, masih belum ada perubahan. Tidak menyerah sampai disitu, sekali lagi
kita coba tekan, tapi tetap saja tidak ada perbedaan, maka kemudian kaki kita
yang bekerja, menginjak dan menekan kuat-kuat selah besi sebagai cara lain
menghidupkan mesin, meskipun melakukannya membutuhkan energi besar, tapi kita
harus terus melakukannya. Gagal, mencoba lagi, lagi dan lagi sehingga akhirnya
suara mesin terdengar menderu-deru sebagai tanda bahwa perjuangan telah
berhasil.
Meskipun standard 1 sudah cukup kuat untuk menopang kendaraan
agar tidak terjatuh, tetapi tak bisa dipungkiri, dengan standard 2 tetap lebih
kokoh dan kuat, membuat kendaraan kita takkan mudah goyah ketika diparkir
disuatu tempat. Maka begitulah keimanan
dalam hidup, semakin besar iman dan keyakinakan kita, maka akan semakin kuatlah
pendirian kita sehingga takkan mudah digulingkan apalagi tergoyahkan.
Kenali kendaraanmu dengan baik, maka kau akan mudah
mengendalikan dan mengendarainya. Kenali dirimu dengan baik, maka kau akan
mudah mengarahkannya.
to be continued......................
to be continued......................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar