Rabu, 11 Desember 2013

Filosofi Berkendara

Pada kendaraan, kaca bagian depan selalu lebih besar dari kaca spion. Karna kita harus lebih fokus menatap ke depan daripada menengok ke belakang, sesekali memang butuh untuk melihat ke belakang, agar kita berkaca pada sejarah hidup dimasa lalu, supaya kedepannya kita bisa lebih mawas diri dan berhati-hati, namun perhatian terbesar kita tetap harus kearah depan.

Hidup ini seperti roda kendaraan, kadang berputar ke atas, namun sejurus kemudian berpindah ke bawah. Kadang gemilang dengan kesuksesan, namun kemudian tenggelam kelam dalam keterpurukan.

Seperti motor/mobil,  kadang begitu cepat bergerak melesat, namun terkadang begitu lambat berjalan, layaknya waktu, kadang terasa begitu cepat berlalu, namun kadang begitu lambat ditunggu.

Tentunya kita  tidak suka jika kendaraan yang melaju didepan kita bergerak begitu lamban, rasanya tidak  sabar untuk kita maendahului, terlebih lagi jika kita sedang terburu-buru dan cepat-cepat untuk bisa segera tiba ditujuan, maka demikianlah hidup, tentunya kita tidak suka melihat orang yang lamban/lelet, apalagi kalau kelambanan itu menghalangi kita untu bisa cepat sampai pada tujuan hidup kita.

Dalam berkendara, jika kita tidak cepat dalam mengambil keputusan, maka hal itu akan berdampak bagi orang lain, kalau kita lama tertegun dalam kebimbangan, antara hendak belok ke kiri atau ke kanan, atau akan terus lurus kedepan, diam dalam kebingungan dan tidak segera mengambil keputusan, maka para pengendara dibelakang atau didepan kita akan ikut bingung antara harus terus maju atau menunggu kita melakukan tindakan, orang melihat kita ragu dan melambatkan kendaraan, namun tidak menyalakan lampu sen yang menunjukan akan kemana kita. Seperti itulah hidup, cepat atau lambat keputusan yang kita ambil, akan mempengaruhi orang lain dalam mengambil keputusan.

Layaknya berkendara, berkomunikasi tanpa suara adalah hal yang sangat biasa. Tanpa kata kita harus bisa saling memahami maksud orang lain, dapat membaca arah dan pandai memperhitungkan.

Dalam berkendara, terkadang kita begitu menggebu-gebu ingin jadi yang tercepat, adrenalin kita tertantang untuk jadi yang terdepan dan tak terkalahkan. Maka seperti itu pula hidup ini. Terkadang manusia begitu berambisi untuk jadi yang terbaik dan terhebat, sehingga tak membiarkan orang lain mendahului kita.

Dalam berkendara, kita harus mempunyai tujuan,  demikianlah hidup, Hendak kemana dan hendak apakah tujuan akhir hidup kita?

Terkadang hal-hal yang tidak terduga terjadi dalam hidup, misalnya, saat ditengah perjalanan, tiba-tiba turun hujan dan kita harus berhenti dulu beberapa saat untuk mengenakan jas hujan,  kemudian melanjutkan kembali perjalanan, atau kita memutuskan untuk berhenti dulu saja dan menunggu sampai hujan reda baru kemudian melanjutkan perjalanan.

Seperti berkendara, jika kita kurang teliti, kurang persiapan matang, maka kita akan menemui kesulitan, misalnya : ketika bahan bakar kendaraan kita hampir habis namun kita tidak segera mengisi ulang, dan kemudian ditengah jalan kita kehabisan bahan bakar, sedangkan tempat penjualan bahan bakar eceran atau pom SPBU masih sangat jauh dari tempat perhentian kita, maka kita akan repot/ribet sendiri. Begitupun hidup, jika tanpa persiapan, maka kita akan kelabakan ketika dihadapkan pada kejadian-kejadian yang tak terduga.

Setiap pengendara, pasti mempunyai satu karakter yang melekat yang menjadi cirikhas dia dalam berkendara. Begitupun hidup, setiap orang pasti menggunakan caranya sendiri dalam menjalani kehidupannya.

Berkendara itu harus berhati-hati dan butuh kesadaran penuh agar terhindar dari hal-hal yang tidak diharapkan, maka demikianlah hidup, jika tidak berhati-hati menjalani hidup, maka akan sulit menghindari diri dari hal-hal yang membahayakan.
 
Lebih baik cepat/ngebut tapi yakin, daripada lambat/pelan tapi penuh keraguan, kita memang harus selalu berhati-hati, namun terkadang terlalu berhati-hati pun tidak baik.

Boleh saja melesat secepat kilat, asalkan tetap tau kapan harus berhenti, jangan sampai membahayakan diri sendiri ataupun orang lain.

Perjalananan yang kita tempuh selama berkendara terkadang penuh liku, terjal dan berkelok tajam, tak selamanya lurus dan mulus. Maka seperti itulah kehidupan.

Begitu banyak arah yang bisa kita tempuh dalam berkendara, tapi tetap saja, belok itu hanya ada dua, ke kanan atau ke kiri. Begitu banyak arah hidup yang bisa kita tempuh, tapi tetap saja pilihannya hanya dua, kebaikan atau keburukan. Dan kita, tetap harus memilih.

Kendaraan dirancang untuk berjalan maju kedepan, bukan untuk mundur kebelakang. Bukan pula untuk diam saja ditengah jalan.  Maka demikianlah hidup, kita hidup untuk terus maju, bukan surut dan mundur kebelakang, juga bukan untuk jalan ditempat tanpa ada perubahan.
Meskipun demikian, terkadang ada suatu masa, dimana mundur kebelakang adalah jalan yang bisa menyelamatkan kita dari kebinasaan.

Orang yang dari awalnya tidak bisa berkendara, namun karna ada keinginan dan tekad yang kuat, semangat yang besar untuk bisa, mau belajar dan terus berlatih, maka pada akhirnya mampu mengendalikan kendaraan dengan baik. Memperbanyak pengalaman dan jam terbang dalam berkendara akan membuat nyali kita semakin besar dan mengikis rasa ragu.  Hidup kita pun seperti itu, ketika kita mempunyai impian, maka dibutuhkan semangat dan kemauan yang besar dalam membuat mimpi itu terwujud.

Jangan pernah berhenti mencoba, meski gagal, cobalah lagi dan lagi. Jangan menyerah, temukan apa yang menjadi penyebab kegagalan, lalu carilah solusinya, tak ubahnya mencoba menghidupkan kendaraan kita, terkadang langkahnya sudah benar, kita menekan tombol start disebelah kanan, namun tak ada respon apapun dari kendaraan tersebut, lalu kita coba tekan sekali lagi tombolnya, masih belum ada perubahan. Tidak menyerah sampai disitu, sekali lagi kita coba tekan, tapi tetap saja tidak ada perbedaan, maka kemudian kaki kita yang bekerja, menginjak dan menekan kuat-kuat selah besi sebagai cara lain menghidupkan mesin, meskipun melakukannya membutuhkan energi besar, tapi kita harus terus melakukannya. Gagal, mencoba lagi, lagi dan lagi sehingga akhirnya suara mesin terdengar menderu-deru sebagai tanda bahwa perjuangan telah berhasil.

Meskipun standard 1 sudah cukup kuat untuk menopang kendaraan agar tidak terjatuh, tetapi tak bisa dipungkiri, dengan standard 2 tetap lebih kokoh dan kuat, membuat kendaraan kita takkan mudah goyah ketika diparkir disuatu tempat.  Maka begitulah keimanan dalam hidup, semakin besar iman dan keyakinakan kita, maka akan semakin kuatlah pendirian kita sehingga takkan mudah digulingkan apalagi tergoyahkan.



Kenali kendaraanmu dengan baik, maka kau akan mudah mengendalikan dan mengendarainya. Kenali dirimu dengan baik, maka kau akan mudah mengarahkannya.

to be continued......................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...