Sabtu, 07 Desember 2013

Lapar yang tertunda.

Hari ini gak nulis dulu, kepala lagi agak puyeng, I just wanna lay on my bed. Mungkin karna kemaren keujanan, ah tidak, aku tak menyalahkan hujan, salahku yang membiarkan tetesan bulirnya menembus dan merembes dikepalaku.

disuruh mama beli rendang padang malah mampir ke warnet. gak papa lah, toh nasi dirumah juga belom mateng. sambil nunggu gak ada salahnya nongkrong bentar di blog. Ntar kalo ditanya kenapa lama banget beli rendangnya tinggal jawab aja “kan katanya beli rendang padang, ya wajar aja lama, wong belinya di Padang” 

Rencana hang out ke monas pun dibatalkan, karna cucian dan gosokan memang cukup layak jadi alasan atas sebuah kegagalan. Akhirnya impian tuk bisa menyaksikan pagelaran festival budaya n seni terbesar n pertama kali didunia pun kukubur dalam-dalam.

Teringat kisah hari kemarin, nonton bersama sahabat. "Sokola Rimba", Butet Manurung, sosok yang sangat menginspirasi, seorang guru yang mendedikasikan dirinya untuk mengajar di hutan pedalaman Jambi, dimana ilmu pengetahuan malah dianggap sebagai penyebab kutukan, pembawa malapetaka. Raja Penyakit. Sehingga buta huruf membuat mereka gampang untuk dibodohi, membubuhkan cap jempol pada surat perjanjian yang merugikan. Padahal wawasan merupakan senjata tajam melawan pengelabuan. Hingga akhirnya mata mereka terbuka lebih lebar dalam melihat dan memandang arti sebuah pembelajaran. 

Iri sama Butet, yang hidupnya begitu bernilai dan penuh arti bagi yang benar-benar membutuhkan. 
dia dicintai. dia diinginkan. ketiadaannya adalah sebuah kehilangan, kenestapaan dan kesedihan massal. 
Lantas bagaimana denganku? siapa aku? sudahkah aku bermanfaat bagi orang lain? Insya Allah, semoga. aamiiiiin.

"khoirunnaas, anfauhum linnaas" _sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain" (hadits)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...