TEORI
BELAJAR BEHAVIORISTIK
Tugas
Mata Kuliah Psikologi Perkembangan I
Disusun
Oleh:
Fenthy
Susilowati
Fitrah
Aminullah
Muhammad
Adji Pangestu
Rizky
Siti Sholihath
Yunda
Ervida
A .
PENDAHULUAN
Teori belajar behaviorisme
berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan
digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang
diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu
perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif
dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau
Penilaian didasari atas perilaku yang tampak teori belajar behavioristik.
Adalah teori
belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu
sebagai makhluk reaktif yang member respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan
pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur
dan bagian kecil, bersifat mekanistis,menekankan peranan lingkungan,
mementingkan pembentukan reaksi atau respon,menekankan pentingnya
latihan,mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan
hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada
teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia
dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari
lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang
erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya.
Teori kaum
behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku
manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme
sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah
manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin
mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan.
Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia.
Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang member respon terhadap
lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.
Prinsip-prinsip
teori behaviorisme adalah :
1. Obyek
psikologi adalah tingkah laku
2. Semua
bentuk tingkah laku dikembalikan pada reflek
3.
Mementingkan pembentukan kebiasaan
Asumsi bahwa pengalaman adalah paling berpengaruh dala pembentukan perilaku, menyiratkan betapa plastisnya manusia. Ia mudah dibentuk menjadi apapun dengan menciptakan lingkungan yang relevan. Thorndike dan Watson, kaum behaviorisme berpendirian: organisme dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis; perilaku adalah hasil pengalaman dan prilaku digerakan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan. Aliran behavioristik yang lebih bersifat elementaristik memandang manusia sebagai organisme yang pasif, yang dikuasai oleh stimulus-stimulus yang ada di lingkungannya. Pada dasarnya, manusia dapat dimanipulasi, tingkah lakunya dapat dikontrol dengan jalan mengontrol stimulus-stimulus yang ada dalam lingkungannya (Mukminan, 1997: 7). Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki beberapa teori, antara lain: teori Connectionism, Classical Conditioning, Contiguous Conditioning, serta Descriptive Behaviorisme atau yang lebih dikenal dengan nama Operant Conditioning.
Asumsi bahwa pengalaman adalah paling berpengaruh dala pembentukan perilaku, menyiratkan betapa plastisnya manusia. Ia mudah dibentuk menjadi apapun dengan menciptakan lingkungan yang relevan. Thorndike dan Watson, kaum behaviorisme berpendirian: organisme dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis; perilaku adalah hasil pengalaman dan prilaku digerakan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan. Aliran behavioristik yang lebih bersifat elementaristik memandang manusia sebagai organisme yang pasif, yang dikuasai oleh stimulus-stimulus yang ada di lingkungannya. Pada dasarnya, manusia dapat dimanipulasi, tingkah lakunya dapat dikontrol dengan jalan mengontrol stimulus-stimulus yang ada dalam lingkungannya (Mukminan, 1997: 7). Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki beberapa teori, antara lain: teori Connectionism, Classical Conditioning, Contiguous Conditioning, serta Descriptive Behaviorisme atau yang lebih dikenal dengan nama Operant Conditioning.
B.
TEORI-TEORI
BELAJAR
1. Teori
Kondisioning
1.1.
Teori Kondisioning Klasik (Ivan Pavlov)
Classic
conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang
ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli
dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga
memunculkan reaksi yang diinginkan. Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan
stimulus netral, seperti sebuah nada atau sinar untuk membentuk perilaku
(respons). Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya
sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan
seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa
yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun
bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru
akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu.Bertitik tolak dari
asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku
manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang di inginkan. Kemudian Pavlov
mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap
binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala
kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.
1 .2. Teori Kondisioning Klasik (John.B.Watson)
1 .2. Teori Kondisioning Klasik (John.B.Watson)
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara
stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat
diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya
perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun
dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan
karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena
kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau
Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh
mana dapat diamati dan diukur.
2. Teori Kondisioning Operan/Instrumental (B.F.Skinner)
Konsep-konsep
yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh
sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebihkomprehensif.
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui
interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah
laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya.
Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena
stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar
stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan
ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang
nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam
memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara
stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan
dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner
juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai
alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab
setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya
3. Teori Belajar Sosial Kognitif (Albert Bandura)
3. Teori Belajar Sosial Kognitif (Albert Bandura)
Asumsi dasar dari teori kognitif sosial Bandura berkaitan
dengan hakikat proses belajar dan hasil belajar. Teori ini
mengidentifikasi peran model behavior dalam belajar perilaku prososial dan
antisosial, dan peran dari model dalam perilaku behavior modification. Kemudian
teori ini juga mengidentifikasi beberapa faktor sosial dan kognitif yang
mempengaruhi belajar. Termasuk didalamnya kapabilotas penggunaan simbol dalam
melakukan tindakan yang diniatkan dan bertujuan. Termasuk juga pengaruh media
terhadap nilai, sikap dan gaya perilaku yang menyaksikan.
Teori kognitif – sosial Albert Bandura lebih menekankan di
mana lingkungan sosial memberi banyak kesempatan bagi individu untuk
mendapatkan keterampilan dan kemampuan yang kompleks melalui observasi perilaku
model dan konsekuensi behavioral.
Belajar Imitatif
Behavioris memandang belajar imitatif sebagai asosiasi
antara tipe stimulus tertentu dan sebuah response. Pembelajar atau mengimitasi
meniru perilaku atau respon yang diperkuat oleh model, sehingga memungkinkan
untuk mengulang respon atau perilaku yang diimitasi tersebut.
Asumsi tentang Belajar
1. Pemelajar dapat mengabstraksi informasi dari pengamatan terhadap orang lain dan
membuat keputusan tentang perilaku yang akan dijalankan
2. Tiga bentuk relasi yang saling keterkaitan yaitu antara perilaku (B),
lingkungan (E), dan kejadian personal internal (P) yang akan menjelaskan proses
belajar
3. Belajar merupakan akuisisi representasi simbolik dalam bentuk kode verbal atau
visual.
Komponen Belajar
Komponen belajar antara lain :
a. Model behavioral
b.
Konsekuensi dari perilaku yang dicontohkan
c. Proses internal dari pemelajar
d.
Keyakinan akan ketangguhan diri pemelajar
KESIMPULAN
Behaviorisme ingin menganalisis
bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan.
Behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak
membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang
diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang buruk akan menghasilkan
manusia buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia baik. Kaum
behavioris memusatkan dirinya pada pendekatan ilmiah yang sungguh-sungguh
objektif. Kaum behavioris mencoret dari kamus ilmiah mereka, semua peristilahan
yang bersifat subjektif, seperti sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan
termasuk berpikir dan emosi, sejauh kedua pengertian tersebut dirumuskan secara
subjektif.
Ciri-ciri dari
teori behaviorisme yaitu adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil,
bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan
reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil
belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah
munculnya perilaku yang diinginkan.
Aplikasi
teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar,
media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan
berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif,
pasti, tetap, tidak berubah. Implikasi yang digunakan dalam teori ini yaitu
bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pembelajar atau
orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan
ditetapkan terlebih dulu secara ketat yang bertujuan menuntut pembelajar untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan,
kuis, atau tes.
DAFTAR
PUSTAKA
Bell
Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar
dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali
Moll,L. C.
(Ed.). 1994. Vygotsky and Education:
Instructional Implications and Application of Sociohistorycal Psychology.
Cambridge: Univerity Press
Degeng, I
Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran
Taksonomi Variable. Jakarta: Depdikbud
Gagne, E.D.,
(1985). The Cognitive Psychology of
School Learning. Boston, Toronto: Little, Brown and Company
Light, G.
and Cox, R. 2001. Learning and
TeacTeori Belajar Behavioristik
Slavin, R.E.
2000. Educational Psychology: Theory
and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon
John W.
Satrock, 2007. Psikologi Pendidikan.
edisi kedua. PT Kencana Media Group: Jakarta.
Prasetya
Irawan, dkk, 1997. Teori belajar. Dirjen
Dikti: Jakarta
Arie
Asnaldi, 2005. Teori -Teori belajar.
B.F. Skinner
and radical behaviorism, Ali, Muh. 1978. Guru
Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Davies, WCR.
1971. The Management of Learning. London:
Mc Graw Hill Book Company.
REFERENSI INTERNET
https://www.msu.edu/~purcelll/behaviorism%20theory.htm
http://www.scumdoctor.com/psychology/behaviorism/Theory-And-Definition-Of-Behaviorism.html
http://www.funderstanding.com/content/behaviorism
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar